Permasalahan karena cacingan merupakan hal yang tentu aja tidak asing bagi kita khususnya bagi orang tua yang memiliki anak. Padahal sebagai orang tua kita merasa sudah berusaha untuk menjaga kebersihan anak. Mulai dari mandi teratur dua kali sehari serta cuci tangan pun juga tak luput kita ajarkan.
Sayangnya hal itu
ternyata masih belum cukup untuk mencegah cacingan pada anak. Ujung-ujungnya
muncul pertanyaan, “Sudah jaga kebersihan tapi kok masih tetap cacingan ya??”
Jadi
ingat saat duduk di sekolah dasar dulu, aku pernah mengalami yang namanya
cacingan. Awalnya aku pun tidak menyangka kalau aku cacingan. Hal ini berawal
dari orang tuaku yang melihat gelagat aneh dariku. Katanya saat itu aku
terlihat tidak nyaman dan lumayan sering menggaruk bagian pantat dan *maaf*
anus. Rasanya benar-benar sama sekali tidak enak, super gatal. Pengalaman
tersebut bikin aku sekarang selaku orang tua lebih aware dengan
cacingan. Jangan sampai buah hatiku nanti juga mengalami hal yang sama
denganku, amit-amit deh ya.
Dan
beberapa hari yang lalu baru saja baca-baca soal jenis cacing yang bisa masuk
ke tubuh manusia. Kaget ternyata ada banyak, bukan hanya cacing kremi saja.
Parahnya jenis cacing tersebut ternyata tidak hanya menginfeksi anak-anak,
melainkan orang dewasa pun bisa mengalaminya. Waduh, serem juga ya…
Nah
berikut, jenis-jenis cacing beserta penularannya.
Cacing Gelang
Seseorang
dapat terinfeksi cacing gelang jika ia memakan makanan mentah seperti sashimi
yang tidak diolah secara higenis. Jadi mulai sekarang jika ingin mengkonsumsi
jenis makanan mentah, pastikan bahwa pengolahannya benar-benar bersih ya.
Gejala
yang ditimbulkan pun ternyata cukup serius. Pada awalnya mungkin tidak
merasakan gejala apapun, namun setelah sekitar satu minggu larva akan masuk ke
jaringan otot dan akan menimbulkan demam tinggi, sakit kepala, nyeri otot, ruam
pada beberapa bagian tubuh.
Cacing Pita
Jangan
terkecoh dengan namanya! Meskipun punya nama yang bagus, tapi efek yang
ditimbulkan jika seseorang terinfeksi cacing pita ini tidak ada bagus-bagusnya.
Cacing pita dapat tumbuh hingga 15cm dan bertahan selama 30 tahun loh!
Indikasinya bisa macam-macam seperti terdapat benjolan di tubuh, reaksi alergi,
demam, infeksi bakteri dan kejang.
Penularan
cacing pita umumnya terjadi karena mengkonsumsi daging yang kurang matang.
Cacing pita juga bisa menular lewat air minum yang telah terkontaminasi telur
atau larva cacing pita.
Cacing Trichinella
Bagi masyarakat awam mungkin jenis cacing yang satu ini agak nggak umum ya. Trikinosis dapat menginfeksi manusia saat seseorang memakan makanan yang pengolahannya kurang matang. Jenis cacing yang paling sering menyebabkan penyakit ini adalah cacing Trichinella yang banyak ditemukan pada babi.
Secara
umum, gejala yang ditimbulkan oleh cacing Trichinella tidak terlalu parah
sehingga tidak banyak dilaporkan. Namun, kita harus tetap berhati-hati. Biasanya
parah tidaknya seseorang saat terkena Trikinosis, tergantung dari jumlah larva cacing
yang masuk ke dalam tubuh lewat daging yang kita makan.
Untuk
gejala yang ditimbulkan seperti kram perut, diare, mual, muntah, dan mudah
lelah.
Cacing
Pipih
Jenis cacing yang satu ini disebabkan oleh parasit cacing yang menempel pada kulit lalu masuk ke dalam tubuh dan berkembang dalam darah. Iiiih…serem! Penularan cacing pipih terjadi melalui air yang tidak bersih. Jadi jika kondisi air kotor dan terdapat larva cacing, maka dengan mudahnya kita bisa terinfeksi.
Saat
terinfeksi cacing pipih, beberapa bagian tubuh yang diserang antara lain paru-paru,
sumsum tulang belakang, otak dan hati. Dan dapat menyebabkan masalah pada pertumbuhan
serta perkembangan kognitif pada anak.
Namun,
itu semua dapat dicegah dengan selalu menjaga kebersihan air. Jangan biarkan
air di sekitar kita kotor dan tercemar oleh larva cacing pipih.
Cacing
Tambang
Kalau kita suka tidak menggunakan alas kaki alias nyeker, tampaknya kita harus berhati-hati. Jika kita nyeker dan berjalan diatas tanah yang menjadi habitat larva cacing tambang, maka kita bisa terinfeksi jenis cacing ini. Karena cacing tambang adalah jenis cacing yang telurnya bisa masuk ke tubuh manusia melalui pori-pori kulit.
Cacing Kremi
Cacing
kremi adalah jenis cacing yang namanya paling familiar. Eits, jangan salah, ini
tidak ada hubungannya dengan nasi kremi’an ya. Wkwkwkwk. Cacing ini termasuk
dalam jenis cacing gelang. Meskipun ukurannya sangat kecil dan tidak berbahaya,
namun cacing kremi merupakan jenis cacing yang paling sering ditemukan pada
orang dewasa terlebih anak-anak. Cacing kremi dapat ditemukan di usus besar dan
rektum. Rasa gatal pada anus yang ditimbulkan cacing kremi terjadi karena
cacing kremi betina menelurkan cacing kremi baru di sekitar anus.
Memiliki
ukuran yang mikroskopis membuat telur cacing kremi mudah terbang dan terhirup
oleh manusia. Penularannya pun cukup mudah, ketika kita menyentuh telur-telur
tersebut dan tertelan kita sudah bisa terinfeksi cacing kremi. Wah, mesti jaga
kebersihan nih!
Untung saja sekarang kita tidak perlu khawatir berlebihan karena kita bisa mencegah terinfeksi cacing-cacing tersebut. Caranya dengan mengkonsumsi Konvermex secara rutin setiap 6 bulan sekali.
Konvermex
ini merupakan obat cacing keluarga yang bisa dikonsumsi oleh dewasa dan
anak-anak yang mengandung bahan aktif Pyrantel Pamoate. Dengan
mengkonsumsi obat cacing secara rutin, maka jika kita terkena cacingan, Konvermex
akan membantu menghancurkan cacing di dalam tubuh.
Konvermex
juga tersedia dalam dua pilihan, yaitu suspensi & tablet. Untuk dewasa, aku
biasanya mengkonsumsi Konvermex 250. Kalau untuk anak-anak? Ada dong, anak-anak
bisa mengonsumsi Konvermex 125. Cara mengonsumsinya pun cukup mudah, untuk
tablet bisa langsung diminum dengan air dan yang suspensi karena bentuknya cair
bisa langsung segera diminum.
Oiya,
jika biasanya anak-anak takut minum obat karena pahit, Konvermex sudah
menyediakan rasa jeruk. Sehingga anak-anak pasti suka.
Gimana, sudah tidak khawatir lagi kan?
Jadi, ayo kita saling jaga anggota keluarga di
rumah dengan rutin minum Konvermex 2 kali dalam satu tahun.